Sep 4, 2009

MARAH ?”Taklukan….

Coba renungkan sebentar, kapan terakhir kamu marah? Barangkali belum lama, mungkin baru kemarin, tadi pagi, atau beberapa menit yang lalu. Ya, rasanya sebagai manusia normal kita akan pernah berada dalam situasi diliputi amarah. Dan di bulan puasa ini ketika kita diminta menjaga hati, kian terasa betapa sulitnya mengendalikan setan kecil pengganggu bernama “marah” itu. Apa sih sebetulnya “marah” itu? Marah itu baik atau buruk? Bagaimana mengelola amarah?

Marah adalah respon normal terhadap perasaan terancam atau frustrasi. Sulit untuk meniadakan sama sekali amarah dari kehidupan kita. Kita selalu akan sampai pada suatu situasi yang memancing amarah. Marah adalah suatu keadaan emosional yang intensitasnya bisa beragam, mulai dari perasaan terganggu yang ringan, hingga amarah yang ekstrim dan mengandung kekerasan.
Marah adalah reaksi spontan, bukan tindakan yang direncanakan. Marah tidak ditabukan masyarakat (karena semua orang bisa marah) sehingga orang bisa merasa leluasa saja mengekspresikan amarah. Perasaan-perasaan yang mendasari reaksi marah sesungguhnya membuat kita merasa rentan dan lemah (perasaan terancam, frustrasi, diperlakukan tidak adil), tapi dengan marah kita merasa kuat dan memegang kendali, meski sejenak saja. Itu sebabnya orang mudah tergelincir ke dalam situasi marah, tenyata marah juga ada manfaatnya, jangan beranggapan kalau marah itu jelek
Berikut “Manfaat Marah” :

• Memberi keberanian kepada diri kita untuk mempertahankan diri dan khususnya orang yang kita sayangi
• Marah juga bisa menjadi peringatan bagi orang lain untuk tidak seenaknya, semaunya merugikan kita. Misalnya aja kamu punya cewek atau Cowok yang kelakuan sikapnya bikin kesel,sakit hati atau apalah, masa kita harus mengalah terus, yang ada baiknya kita menegur atau marahi sekalian uppps tp jangan berlebihan marahinya, entar bukan nyelesai masalah malah bikin ribet…..
• Marah juga bisa menjadi alat stratejik (hmmm psti bingung apa tu stratejik )mksudnya sih mempunyai pendirian tentang menyikapi sesuatu
• Membantu menghargai diri dan hak – hak kita

Hmmm apa lagi ya, bingung juga. Jadi tumpahkan saja amarah dan rasa kesalmu. Jangan disimpan di kepalamu, entar kepalamu jadi sakit. Biasanya rasa amarah kita lampiaskan kepada orang lain, contohnya ke adik kita atau ke siapa saja yang terlihat pertama kali.
Kadang-kadang marah memang cara yang paling tepat untuk menghadapi suatu situasi. Tapi kalau tidak dikelola dengan baik, marah bisa menjadi berlebihan atau tersimpan secara keliru dan berbalik menjadi masalah yang mengancam karier kita, relasi, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.
Paling baik kalau orang yang marah mengekspresikan marahnya dengan tepat, menyampaikan inti masalahnya, bukan sekedar menumpahkan sumpah serapah yang tidak jelas. Yang dimarahi juga mesti ada usaha untuk mendengar dan tidak cepat-cepat menutup hati dan telinga untuk mendengar, lalu memberi reaksi yang tepat. Dengan demikian, pertanyaannya bukan lagi “Duh, saya mesti marah atau disimpan saja ya?”, tapi menjadi “Apa yang mesti kita lakukan untuk menyelesaikan masalahnya?”
Nah, seperti pepatah tentang api, kecil menjadi kawan, besar menjadi lawan, kelola amarah Kamu agar bisa menjadi “kawan”.


Sumber(Pengalaman Pribadi,orang dan sumber Lainnya)

2 comments:

  1. Yah begitulah manusia diciptakan punya nafsu, salah satunya nafsu amarah itu, cara mengelolanya tentunya butuh proses, aq jg pernah mengalami yg namanya cepat emosi trus di lampiaskan, tp jujur rasax ga nyaman banget, Alhamdulillah skrg sdh bisa mengelolanya dgn lebih baik, intinya Amarah jgn di pendam krn bisa jd bom waktu, melampiaskan jg sama ga nyamanx malah bisa jd bencana kl t4 pelampiasannya ga terima, kl gitu lbh baik ikhlaskan amarah itu pergi dr pikiran & perasaan qta.

    ReplyDelete
  2. Artikel yg bagus danbermanfaat, thanx dah sharing...

    ReplyDelete

Komentarnya Donk..
Isikan Komentar Kamu, pertanyaan Temen-Temen Di bawah ini Tanpa mengandung Unsur SARA. Tunggu Kunjungan saya Di blog Sahabat. Terimakasih.