May 28, 2009

Facebook Haram atau Syubhat ?


Kita akan memupuk kekuatan Facebook dan bukan menampiknya (sebagaimana dilakukan oleh kaum teknofobia) kaum yang anti dan Benci Facebook. Atau menerimanya secara membabi buta (sebagaimana dilakukan oleh kaum teknofilia) Cinta Buta kepada Facebook.

Yang berkumpul di kediri bukan satu,dua ulama 700 dan mereka bukan berpikir dengan otaknya tapi dengan hati dan nuraninya, kita juga harus lebih arif melihat, kenapa para ulama memutuskan Facebook Haram.

Kita yang sedang asyik dimabuk Facebook mungkin sulit berpikir dengan hati Apabila ijtihad yang mereka lakukan ternyata salah, maka mereka dimaafkan, dan hanya mendapatkan satu pahala. Kita para pengguna Facebook jangan seperti anak kecil yang mempunyai mainan baru dan diharuskan meninggalkannya langsung cemberut dan menyerang balik dengan membabi buta para ulama yang ber-ijtihad. Jika sesuatu lebih banyak mudharat dibanding manfaatnya, itu mungkin hukumnya Syubhat :

Setelah tingkatan perkara-perkara kecil yang diharamkan, maka di bawahnya adalah syubhat. Yaitu perkara yang tidak diketahui hukumnya oleh orang banyak, yang masih samar-samar kehalalan maupun keharamannya. Perkara ini sama sekali berbeda dengan perkara yang sudah sangat jelas pengharamannya.

Karena sesungguhnya manusia melakukan penyembahan terhadap Allah SWT berdasarkan hasil ijtihad mereka sendiri kalau memang mereka mempunyai keahlian untuk melakukannya. Apabila ijtihad yang mereka lakukan ternyata salah, maka mereka dimaafkan, dan hanya mendapatkan satu pahala.

Berbicara baik dan buruk, Halal dan Haram dari dampak Facebook Ibarat membahas siang-malam, langit-bumi, suka-duka, hitam-putih, utara dan selatan. Semua itu adalah paritas / pasangan yang pasti adanya, Tidak bisa kita membinasakan salah satu komponen itu sampai titik nol karena akan mengganggu keseimbangan kehidupan.

Facebook, dan kita dimabuk oleh kegairahannya yang menggebu-gebu. Kita tidak banyak membahas hal lain. Facebook merasuki kehidupan kita dari segala arah.

Kita mencintai Facebook tatkala Facebook itu berfungsi, kita membencinya tatkala Facebook itu tak jelas. Bagaikan buku panduan / readme yang tak pernah dibaca. Kita mencintai Facebook itu seperti mainan baru, namun kita membencinya tatkala mainan itu rusak.

Facebook berikrar akan membuat kehidupan kita menjadi lebih baik, lebih pintar, meningkatkan efektivitas dan kinerja serta membuat kita bahagia. Facebook berjanji akan lebih cepat, lebih murah dan lebih mudah dari semua yang pernah ada sebelumnya.

Facebook bersumpah menjadi landasan, akan menghubungkan kita dengan dunia luar namun tetap menjaga kita tetap dekat dengan para sahabat dan keluarga yang kita cintai.
Dunia alamiah kita ‘diatur’ oleh piranti lunak yang kian lama kian canggih. Kita merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres, namun kitapun tidak bisa menunjukkan apa sebenarnya yang salah.

"Kehampaan spiritual yang mengecewakan dan berbahaya serta mustahil keluar dari dalamnya. Kecuali kalau kita menyadari bahwa kita memang berada di dalamnya.
Kita tidak tahu siapa penemu air tapi yang pasti bukan ikan"

Terlalu dalam kita terbenam dalam Zona Mabuk Facebook sehingga bakat budi pekerti yang kita miliki ikut terpendam seperti yang pernah Tozie alami. Sukar sekali melihat dimana sesungguhnya kita berada.

Beruntunglah kita bukan ikan, ada Alim Ulama, seniman, teologiwan, sastrawan, Ilmuwan, Wiraswastawan, Cendekiawan, bahkan Polwan yang mengakui serta menyatakan dengan terang-terangan bahwa di satu pihak Facebook memang mendukung dan memperbaiki kehidupan manusia, akan tetapi mereka juga memperingatkan bahwa di pihak lain Facebook bisa mengucilkan, memencilkan mengaburkan dan menghancurkan.

Di dalam Facebook ada kebaikan dan keburukan, ada jalan ke syurga ataupun potensi menuju neraka, Di Facebook ada Selingkuh tapi juga ada Dakwah. Jangan coba-coba untuk membinasakan atau menghilangkan salah satu pihak, karena dengan mewaspadai Facebook kita dapat menguasai secara jernih relevansi Facebook yang ada sekarang dan membangun hubungan yang wajar dengannya.

Kita mulai mengantisipasi perkembangan Facebook, dan memperdebatkan terlebih dahulu kebaikan serta konsekuensi penerapannya.

Kita memang harus mencintai kemajuan, merasa gembira menjadi bagian dari kemajuan itu dan tidak takut menghadapinya,

Mencintai Facebook bermakna kita menghargainya, memaklumi kekeliruan dan keberhasilannya, mengindahkan semua sinyal peringatannya, mengakui semua kekuatannya, bersifat terbuka dan penuh perhatian mencermati, mendengarkan, menghadapi persoalan dengan jujur, bersikap filosofis menetapkan sejumlah standar, memahami masalah dan menyambut baik pendapat semua kalangan dan profesi.

Jika kita mencintai Facebook dengan penuh kesadaran dan bersikap mau menerima segala kekurangannya.

0 comments:

Post a Comment

Komentarnya Donk..
Isikan Komentar Kamu, pertanyaan Temen-Temen Di bawah ini Tanpa mengandung Unsur SARA. Tunggu Kunjungan saya Di blog Sahabat. Terimakasih.